Nriman, Watak Qanaah Orang Jawa

Nriman berasal dari kata "nrimo" yang artinya menerima apa yang terjadi / apa yang diperoleh. Nriman emang disebut-sebut sebagai salah satu karakter orang Jawa, jogja khususnya. Bukannya aku memuji diri sendiri lantaran aku orang Jogja, tapi begitulah stereotype yang sering dilabelkan banyak orang terhadap orang Jogja. Katanya, orang Jogja itu nggak mau neko-neko, kondisi yang ada ya terima saja dengan ikhlas. Nggak banyak nuntut, menerima apa yang ada. 

Lalu kalo bicara soal Qanaah, apakah nriman itu sama dengan qanaah? Qanaah sendiri merupakan sikap menerima,  merasa cukup atas hasil yang diusahakan dan menjauhkan dari rasa tidak puas / rasa kekurangan. Sebagai manusia yang lemah, sepatutnya memahami bahwa apapun yang diupayakan bergantung pada karuniaNya. Apa-apa yang diperoleh merupakan kehendak Nya. Seorang yang selalu qanaah, maka dia akan tentram hatinya, ya karena selalu merasa cukup dan jauh dari ketamakan. Yakin segala ketetapan dari Allah adalah yang terbaik, maka akan mempermudah dalam menerima apa pun. Bahkan, sebuah hadist mengatakan bahwa orang yang memiliki sifat qaqana adalah orang yang beruntung, 
Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki yang cukup, dan qana’ah (merasa cukup) dengan rizki tersebut.” (HR. Ibnu Majah, no. 4138.) 


Mungkin watak nriman adalah perwujudan sikap qanaah ya.. Nriman bukan berarti menyerah begitu saja pada nasib, tapi nriman dimaknai sebagai penerimaan atas segala ikhtiar dilakukan.  Jadi sikap nriman itu bisa dibilang suatu optimisme dalam kepasrahan, optimis bahwa yang diberikan olehNya adalah yang terbaik dan pasrah menggantungkan hasil ikhtiar yang dilakukan. Ada falsafah jawa, "Nrimo ing pangdum"  atau menerima atas pemberian. Falsafah yang bagus banget maknanya. Sebuah pedoman tak tertulis dan merupakan kearifan lokal yang harus terus diamalkan dan diwariskan. 

Comments

Popular Posts