Apa yang Terjadi Ketika Kita Makan Makanan Pedas? (Part 1)
Adalah sebuah kebohongan yang selalu aku katakan kepada diriku: Nggak mau makan pedas lagi. Sebenernya aku suka aja dengan makan pedas, meskipun level pedasnya masih pemula. Apa boleh dikata, terjadi reaksi penolakan dari tubuh ini setiap kali makan pedas. Bibir panas memarah dan bengkak, hidung ingusan air mata berlinang, itu sudah biasa. Yang tidak menyenangkan adalah sensasi terbakar di perut, lalu diare dan melilit pagi besoknya. Kalau sudah begini aku selalu membohongi diri sendiri, pokoknya nggak mau makan pedas lagi.Reaksi yang aku alami sudah pasti tidak semua orang mengalaminya. Kalau liat mukbang di YouTube, banyak sekali orang yang sanggup makan pedas level gila. Orang-orang di sekitarku juga nggak sedikit yang hobi pedas, tapi mereka baik-baik aja tuh. Apa sih yang sebenernya terjadi di dalam tubuh setelah makan pedas?
Capsaicin
Sebelumnya yuk mari kita berkenalan dengan Capsaicin. Kalau kalian bertanya siapa dibalik sensasi pedas yang kita rasakan, jawabannya adalah si Capsaicin. Dia itu metabolit sekunder dari cabe, bahan aktif yang bertanggung jawab sama rasa terbakar, pedas, dan menyakitkan yang kita rasakan setelah makan sambel. Coba liat struktur Capsaicin di gambar. Ada bagian dari Capsaicin, yang dikotakin C, itulah sumber dari segala sumber ngeselin yang buat kita kepedesan. Itu adalah ekor hidrofobik-nya dia.
![]() |
Image source: https://www.researchgate.net/figure/Chemical-structure-of-capsaicin-the-primary-ingredient-of-chili-pepper-and-its-three_fig1_305644864 |
Apa pula hidrofobik itu? Jadi gini, hidrofobik itu gampangnya adalah nggak suka air. Suatu molekul hidrofobik itu cenderung non polar, makanya dia lebih memilih yang sama-sama non polar atau netral. Ingat air itu polar, itulah kenapa molekul hidrofobik nggak suka air. Emang ya, nggak cuma soal cinta dan mencari pasangan yang butuh se-kufu', kelarutan pun cari yang cocok dan sepadan. Bhaiq, balik lagi ke Capsaicin lagi. Jadi intinya, Capsaicin itu nggak suka air. Makanya kalau kalian kepedesan, minum air pedasnya nggak ilang. Lah wong Capsaicinnya masih nempel di lidah, nggak terbilas sama air.
Lalu kenapa Capsaicin bisa nempel di lidah? Ini semua juga karena si ekor hidrofobik dari Capsaicin tadi. Emang cari masalah aja tuh ekor! Gara-gara sifatnya hidrofobik tadi, bisa timbul sebuah ikatan yang afinitasnya tinggi dengan reseptor protein di lidah, yang memang punya rantai hidrokarbon tersendiri. Fyi, hidrokarbon itu non polar, makanya Capsaicin seneng banget berikatan sama lidah. Terlebih lagi, molekul Capsaicin itu bisa berdifusi memasuki membran sel. Kenapa? Ya, masih gara-gara ekor hidrofobik tadi, she's fatty dan dengan mudahnya bisa menembus membran sel. Kan membran sel itukan lipid ya, jadi tidak heran lagi. Itulah yang membuat sensasi terbakar yang menyakitkan terasa lebih dasyat. So guys, kalau kepedesan better kalian minum susu aja. Soalnya susu mengandung protein dan lemak yang bisa melarutkan Capsaicin. Protein casein dalam susu punya afinitas yang lebih tinggi daripada lipoprotein di lidah kita. Jadi antara casein susu dan lidah kayak saingan gitu, memperebutkan si Capsaicin. Casein menang, karena bisa mengikat Capsaicin lebih kuat. Jadi lidah kita nggak terasa pedas lagi, setelah hilang ikatannya dengan Capsaicin yang dibawa pergi oleh casein susu.
Bersambung... (Kalau nggak males)
Comments
Post a Comment